The best Side of Reog Ponorogo

Wiki Article

Upacaranya pun menggunakan syarat-syarat yang tidak mudah bagi orang awam untuk memenuhinya tanpa adanya garis keturunan yang jelas. Mereka menganut garis keturunan parental dan hukum adat yang masih berlaku.

Every single Reog Ponorogo troupe contains amongst twenty five and 35 customers and each performance is normally composed of 3 dance sequences. On top of that, There are a selection of established people Within this classic dance sort. 1 of these would be the Jathil, who stand for cavalrymen.

Selain itu, karena menurut cerita ia menciptakan kesenian indah untuk memenuhi permintaan kekasihnya, maka tariannya juga terkadang menggambarkan seseorang yang kasmaran.

Epek Timpang merupakan sabuk yang berbahan beludru dengan hiasan berupa bordir emas dan timang putih.

Ia lalu meninggalkan sang raja dan mendirikan perguruan di mana ia mengajar seni bela diri kepada anak-anak muda, ilmu kekebalan diri, dan ilmu kesempurnaan dengan harapan bahwa anak-anak muda ini akan menjadi bibit dari kebangkitan kerajaan Majapahit kembali. Sadar bahwa pasukannya terlalu kecil untuk melawan pasukan kerajaan maka pesan politis Ki Ageng Kutu disampaikan melalui pertunjukan seni Reog, yang merupakan "sindiran" kepada Raja Kertabhumi dan kerajaannya. Pagelaran Reog menjadi cara Ki Ageng Kutu membangun perlawanan masyarakat lokal menggunakan kepopuleran Reog.[4][six]

The abundant symbolism from the Reog Ponorogo may also be seen from the character with the Singa Barong, a fearsome lion monster with copyright feathers on its head. The lion is speculated to characterize the Majapahit king, whilst the feathers his queen.

Eblek adalah nama lain dari properti kuda lumping yang biasa digunakan oleh pemeran jathilan dan digambarkan sebagai kuda putih dengan mata merah.

Kegagahan sang Raja digambarkan dalam gerak tari yang lincah serta berwibawa, dalam suatu kisah Prabu Klono Sewandono berhasil menciptakan kesenian indah hasil dari daya ciptanya untuk menuruti permintaan Putri (kekasihnya). Karena sang Raja dalam keadaan mabuk asmara maka gerakan tariannya pun kadang menggambarkan seorang yang sedang kasmaran.[12]

Reog or Réyog (Javanese: ꦫꦺꦪꦺꦴꦒ꧀) is a traditional Indonesian dance within an open up arena that serves as folk amusement and has some magical aspects. the primary dancer is a lion-headed man or woman with a copyright feather decoration, accompanied by a number of masked dancers and Kuda Lumping.

A warok is the honorary title on the nearby hero or strongman on the village who possesses both of those Outstanding spiritual and Actual physical power. The dance by itself is an illustration of Actual physical toughness.

Properti yang biasa dipakai oleh para penampil tari Reog Ponorogo di bagian pundak get more info kanan ini mempunyai ujung yang dapat dikancingkan pada bagian pinggang sebelah kiri.

an individual dancer, or warok, carries the weighty lion mask by his tooth. He is credited with supernatural capabilities and power. The warok may also have an adolescent boy or girl on its head. When carrying an adolescent boy or Woman on his head, the Reog dancer retains bodyweight of up to 100 kilograms in total.

Gerbang kota Ponorogo dihiasi oleh sosok warok dan gemblak, dua sosok yang ikut tampil pada saat Reog dipertunjukkan. Reog adalah salah satu budaya daerah di Indonesia yang masih sangat kental dengan hal-hal yang berbau mistik dan ilmu kebatinan yang kuat.

Dalam kesenian tari Reog Ponorogo, Warok digambarkan sebagai seseorang yang menguasai ilmu baik lahir maupun batin dan mempunyai ciri-ciri menggunakan kostum serba hitam.

Report this wiki page